Tuesday, November 22, 2011

CAKRA KRESNA

Memang Arjuna yang menunggangi kuda di Kurusetra,

tapi Kresna yang menjadi sais keretanya..

Untuk menuntun pertempuran itu.

Saat tiba Bharatayuda...


Batin ragu bergemuruh,

Lalu berkata Arjuna pada Kresna,

"Aku muridmu, terangilah kesadaranku,

buang jauh-jauh kegelapan yang meyelimutiku,

berikan apa yang telah hilang daripadaku."


Kresna mengalihkan cakra dari naungan matahari...

Dan Arjuna melepas busur panah,

penanda lenyapnya keraguan dari kedalaman batin..

PENCERAHAN

Pada tengah malam, 
dalam kegelapan yang paling gelap 
Dia yang bersemayam setiap kalbu menampakkan diri berupa cahaya... 

Cahaya murni terpantul daripadanya, 
bibir terkatup ketika Ia menyelinap, 
kata pun tak sanggup menjangkaunya... 

Dia yang tersembunyi di hati setiap makhluk, menyingkap tirai penutup mata, 
membuka simpul pengikat hati, 
serta merta berkata, 

 "Sadari adaKu dan bercakaplah melalui kalbumu"

Tuesday, November 8, 2011

MEMOAR OF A BOOK


Ada sebentuk buku yang ingin kuwariskan, berisi penggalan waktu...
Waktu yang menjadi tinta dalam dalam mengguratkan pena disitu, di buku itu..
Aku mencoba memilih sosok yang kukenal,
yang aku ingin dia tau bagaimana aku memberi warna pada tintaku.

Ternyata aku tak pandai memilih,
atau memang tak ada yang bisa dipilih ?

Aku bingung...

Sampai akhirnya kutulis sendiri kebingunganku dengan pinsil saja,
dengan harapan suatu hari bisa kuhapus
dan kutulis nama seseorang disitu...

(pake spidol ya !)

Thursday, November 3, 2011

TRILOGI

Versi I : PEDE

Jika dirimu menoleh,
kamu akan lihat orang disana yang memompamu untuk berpikir
beruntung atau tidakkah dirimu atas tiap detik yang kau lewati,
atas tiap sisa detik yang akan kau miliki...

Tapi jika orang yang berdiri disana adalah aku,
aku pasti berpikir...
betapa beruntungnya aku,
karena kamu menoleh ke arahku...
(uuu.. cayang :* )

Versi II : TRAGIS
endingnya gini,
...betapa beruntungnya aku,
karena kamu menoleh ke arahku
meski kamu tak merasa beruntung...
(uuuu.. kacian... )

Versi III : PEDIH JENDRAL !
endingnya beda lagi,
...karena kamu menoleh ke arahku,
meski setelah itu kamu ludahi aku...
(uuu... bunuh !)