Tuesday, October 11, 2011

Jurnal Rasa Parte 4

Kembali pada halaman awal sebuah perjalanan,
bukan untuk kemunduran melainkan menelusuri kembali lembar kosong yang belum terisi.
Lembar antara kamu dan aku.

Voila ! 
Tak semuanya tertulis seperti seharusnya, mungkin terlewat atau terabaikan karena kita terlalu asik. Atau bahkan aku yang kurang menyadari bahwa sesuatu terlalu cepat dituliskan.
Maka sebelum semua terlambat, ga ada salahnya jika perjalanan ini ditelaah lagi... 

Ya. Kecemburuan mungkin dasar segalanya. tapi bukan tidak berdasar, karena semua kembali pada rasa yang diseduh seperti kopi instan. Terlalu cepat direguk hingga dahaga tertinggal kemudian.
Kecurigaan bukan terletak pada apa yang tersembunyi atau tak terkatakan, karena itu bukan jalurku untuk membuat penilaian meskipun misalnya itu benar.
Tapi lebih kepada perasaan tak berimbang antara kita, dan sepertinya aku udah mengawali dengan cara yang salah.

Tampak konyol? Ya. Aku bukanlah seorang bijak yang mampu bergeming ketika masalah hati menimpa. Atau mungkin rentang usia ini terlalu jauh hingga banyak hal terlewatkan untuk lebih memahami jiwa bebas yang kamu miliki.
Ga semestinya aku mengekang atau menguntit bahkan memata-matai... (walaupun jujur kadang pengen ngerti, apa yg kamu lakukan)
Mungkin ini harga yang harus dibayar untuk memilih dan memiliki cinta... terlepas tinggi atau tidaknya, toh tetap mengacu pada konsekwensi sebuah pilihan.

Berulang kali kata jujur dan saling percaya ditulis dan diucapkan. Tapi semua itu menjadi omong kosong.
Aku terlalu kurang dewasa untuk menuntut itu dari kamu... Bukan berarti tak boleh berkata jujur dan tak mau percaya,
karena kadang aku merasa ada hal yang kamu simpan, meski kembali lagi bahwa itu bukan jalurku untuk menilai atau mencari tau. 

Disini aku bicara dari sisiku. Karena kurang bijak rasanya kalo aku menilai dari sisi kamu.
Dan seperti yang kamu bilang, bahwa antara kita seperti sudah saling mengenal lama, aku akui itu benar.
Ga ada gengsi atau pengen dianggap luar biasa. Semuanya seperti apa adanya.
Tapi bukan berarti tak ada masalah meski sudah saling kenal bukan ?

Aku paham banyak hal yang masih takut kamu lakukan karena mungkin ketidakyakinan rasa. Dan aku salah sangka, bahwa cinta sudah tumbuh di hati kamu. Maka aku berusaha menyeimbangkannya. 
Mungkin akan terasa janggal saat proses penyeimbangan dilakukan, seperti saat pertama menggunakan behel. Tapi nanti toh akan terbiasa. Hingga pada waktunya, antara aku dan kamu benar-benar menyadari perasaan yang sebenarnya.
Dan kita bisa menjalani lagi kebersamaan yang lebih nyata. Tanpa tendensi, ketakutan dan kecurigaan yang tak perlu.

No comments:

Post a Comment