Thursday, November 22, 2012

BIMA SUCI

Bratasena berkelana, 
menapaki gunung, 
menelusuri hutan, 
berlaku prihatin, demi penyucian batin.. 
Menyelami samudra minangkalbu 
Mendamba sangkan paraning dumadi 
demi air suci pawitrasari 

 Sampai bertemu dewa ruci, 
yang tak lain dari wujud diri 
Melalui telinganya, masuki sukma sejati 
ruang & waktu tanpa batas dalam sunyi 
Menyatukan warna-warna pemisah 
Agar bertemu dengan sang maha suci 
Merengkuh sangkan paraning dumadi 
Mengubah diri Menjadi bima suci.. 

 Manunggaling kawulo lan gusti.

Impression West Lake

the rain is still falling, filling up a lake of mist 
broken bridge, silk umbrella, black and white memories 
who is on the the boat, writing my past a line of promise, 
filling the spilled pages 
Rain... standing by the lake 
Rain... looking toward the Northern shore 
the rain is still falling, filling up a lake of mist 
broken bridge, silk umbrella, black and white memories 
who is on the the boat, writing my past 
a drawing of butterflies, filling the spilled pages...

welcome

after the multiply will be terminated on december, this is my first visit. welcome blogger !

Wednesday, August 29, 2012

Un Amore Finito

There are songs from the old days 
when you still named your screen with my name.. 
I stay awake just to listen, 
the songs are only whispering through memories. 
and as the sounds collide in thousand echoes, 
I turn off my heart, 
I shut down my mind for not sensing your beat 
or figuring out the picture of you 

 And I log out for good.


Tuesday, August 14, 2012

Sepetik Cerita Kala Daun Berguguran di Bulan Mei

18 jam bergumul dengan kelelahan sepanjang perjalanan pantai utara akhirnya sampai juga di tanah si Pitung, Jakarta pukul 5 pagi. Seharusnya kemarin aku sudah sampai disini, tapi ibu memaksaku tinggal sehari karena bersamaan dengan 100 hari sejak pamanku berpulang.

 Masih segar dalam ingatan saat kelulusan, aku sempat berjanji untuk tinggal dan bertarung di hutan beton yang sarat akan persaingan dan kekerasan. Hari ini tepat 6 bulan sejak aku menunggu lamaranku diterima oleh sebuah perusahaan swasta di kawasan elit, Sudirman. Berbekal tabungan selama masa kuliah, uangku terkumpul untuk membayar uang kos, mengirim motor bekas yang baru saja aku beli dan hidup secukupnya sampai gajian di bulan berikut.

 Sedikit kesulitan mencari akhirnya kutemui alamat tinggalku, sebuah tempat kost di daerah Cempaka Putih dengan kamar mandi seadanya serta kasur yang jauh lebih buruk dibanding milik Mas Jarwo, tukang sortir plastik di daerahku. Tapi, aku tak mau ambil pusing. “1 tahun dari hari ini aku akan tinggal di kamar kos yang lebih baik seperti kamar milik sepupuku yang terlebih dulu tinggal di Jakarta dan memiliki kasur empuk seperti iklan di TV”, begitu janjiku dalam hati.

 Jam baru menunjukkan pukul 6 pagi. Secangkir kopi belum habis kureguk ketika terdengar keributan banyak orang di depan kamar kos. Ya Tuhan, berita di TV menjadi live show di depan mataku! Entah bagaimana awalnya yang jelas aku melihat seorang lelaki penuh tato bersimbah darah dikejar kerumunan orang dan terjatuh dengan wajah memelas memohon pengampunan. Aku tercekat dibalik kaca nako kamar dan tak mengerti harus berbuat apa, terlebih ketika sebuah golok mengayun disertai suara teriakan! Aku palingkan muka dan menutup telinga, tak tega menyaksikan apa yang terjadi berikutnya. Ilmu beladiri yang sedari kecil aku pelajari mendadak hanya sebuah teori, kali ini nyaliku menjadi ciut. Mungkin dia maling, mungkin dia perampok, mungkin dia… begitu pikirku. Ah sudahlah, buru-buru aku beringsut keluar tanpa menghiraukan kopiku lagi. Rumah kosku terdiri dari 2 pintu yang memungkinkan bagi para penghuni kos keluar dan masuk dari arah utara dan timur. Dan aku memilih timur ketimbang utara yang sudah jelas masih bersimbah darah.

Perjalanan menuju kantor dan berdesakan bersama puluhan orang dalam busway, sedikit membuatku tenang. Aku memilih posisi paling ujung yang aku rasa membuatku lebih leluasa. Bayangan wajah lelaki itu masih tampak jelas berkelebat dalam ingatan. Aku menggelengkan kepala berkali-kali demi menghilangkan bayangan tersebut. Sebuah usaha yang sia-sia namun cukup membuatku tersadar ketika beberapa orang memerhatikan tingkahku. 

2 jam perjalanan aku lalui dengan diam. Kecuali telingaku yang mendengar berbagai percakapan diselingi hatiku berucap istigfar atas berbagai kerusuhan di Jakarta baru-baru ini. Sesampainya di kantor, tanpa prosedur berbelit aku duduk di meja yang telah disediakan buatku. Sedikit beramah tamah, aku akui bahwa orang Jakarta tidak seperti yang orang bilang, sombong, egois dan lain-lain. Setelah saling berkenalan, tiba waktunya aku memperoleh briefing dari seniorku sesuai deskripsi kerja yang telah aku pelajari sebelumnya. Sesaat aku terlupa dengan tragedi pagi tadi karena kesibukan pekerjaan. Tapi itu hanya sebentar, karena sebuah teriakan memilukan membuyarkan seluruh orang dalam ruangan! Saudara teman sekantorku telah menjadi korban pemerkosaan sekumpulan penjarah di daerah kota. Seketika aku ragu akan penilaianku atas keramahan Jakarta.

Hari ini, kota Jakarta berubah wajah menjadi merah oleh amarah. Kerusuhan meletus dimana-mana dan seluruh kegiatan bisnis lumpuh total! Aku yang tengah gugup hanya memikirkan bagaimana caranya pulang sambil tak henti mata menatap layar TV. Gemerlap kota Jakarta mendadak gulita, digantikan kobaran api yang terlihat jelas di puncak gedung tempatku bekerja. Dan aku teringat nasib lelaki bertato pagi tadi. Aku teringat ibuku. Ayahku. Saudara perempuanku. Aku teringat impianku yang sepertinya tak lagi bernyawa.
Dan aku teringat motorku yang harus aku ambil ke stasiun kota besok pagi...

-Jakarta, Mei 1998-

Sunday, July 29, 2012

"DOA PENJUAL TEMPE"

Di Karangayu, sebuah desa di Kendal, Jawa Tengah, hiduplah seorang ibu penjual tempe.

 

Tak ada pekerjaan lain yang dapat dia lakukan sebagai penyambung hidup. Meski demikian, nyaris tak pernah lahir keluhan dari bibir. Ia jalani hidup dengan riang. ”Jika tempe ini yang nanti mengantarku ke surga, kenapa aku harus menyesalinya…” demikian dia selalu memaknai hidup.

 

Suatu pagi, setelah salat subuh, dia pun berkemas. Mengambil keranjang bambu tempat tempe, dia berjalan ke dapur.

 

Diambilnya tempe-tempe yang dia letakkan di atas meja panjang. Tapi, deg! Ia terkesiap. Tempe yang akan dia jual, ternyata belum jadi. Masih berupa kacang, sebagian berderai, belum disatukan ikatan-ikatan putih kapas dari peragian.

 

Tempe itu masih harus menunggu satu hari lagi untuk jadi. Tubuhnya lemas. Dia bayangkan, hari ini pasti tidak akan mendapatkan uang untuk makan dan modal membeli kedelai yang akan dia olah kembali menjadi tempe.

 

Dalam keputusasaan, terbersit harapan di dadanya. Dia tahu, jika meminta kepada Allah, pasti tak akan ada yang mustahil. Maka, sambil menengadah ia mengangkat tangan dan berdoa,“Ya Allah, Engkau tahu kesulitanku. Aku tahu Engkau pasti menyayangi hamba-Mu yang hina ini. Bantulah aku ya Allah, ubahlah kedelai ini menjadi tempe. Hanya kepada-Mu kuserahkan nasibku…”

 

Dalam hati, dia yakin, Allah akan mengabulkan doanya. Dengan tenang, dia tekan dan mampatkan daun pembungkus tempe. Dia rasakan hangat yang menjalari daun itu. Proses peragian memang masih berlangsung. Dadanya berdebar. Dan pelan, dia buka daun pembungkus tempe.

 

Dan… dia kecewa. Tempe itu masih belum juga berubah. Kacangnya belum semua menyatu oleh kapas-kapas ragi putih. Tapi, dengan memaksa senyum, dia berdiri. Dia yakin, Allah pasti sedang “memproses” doanya. Dan tempe itu pasti akan jadi. Dia yakin, Allah tidak akan menyengsarakan hambanya yang setia beribadah.

 

Sambil meletakkan semua tempe setengah jadi itu ke dalam keranjang, dia berdoa lagi. "Ya Allah, aku tahu tak pernah ada yang mustahil bagi-Mu. Engkau maha tahu, bahwa tak ada yang bisa aku lakukan selain berjualan tempe. Karena itu ya Allah, jadikanlah. Bantulah aku, kabulkan doaku…"

 

Sebelum mengunci pintu dan berjalan menuju pasar, dia buka lagi daun pembungkus tempe. Pasti telah jadi sekarang, batinnya. Dengan berdebar, dia intip dari daun itu, dan… belum jadi. Kacang itu belum sepenuhnya memutih.

 

Tak ada perubahan apa pun atas ragian kacang tersebut. Keajaiban Tuhan akan datang… PASTI, yakinnya. Dia pun berjalan ke pasar. Di sepanjang perjalanan itu, dia yakin, “tangan” Tuhan tengah bekerja untuk mematangkan proses peragian atas tempe-tempenya. Berkali-kali dia memanjatkan doa… berkali-kali dia yakinkan diri, Allah pasti mengabulkan doanya.

 

Sampai di pasar, di tempat dia biasa berjualan, dia letakkan keranjang-keranjang itu. “Pasti sekarang telah jadi tempe!” batinnya. Dengan berdebar, dia buka daun pembungkus tempe itu, pelan-pelan. Dan… dia terlonjak. Tempe itu masih tak ada perubahan!! Masih sama seperti ketika pertama kali dia buka di dapur tadi.

 

Kecewa, air mata menitik di keriput pipinya. Kenapa doaku tidak dikabulkan? Kenapa tempe ini tidak jadi? Kenapa Tuhan begitu tidak adil? Apakah Dia ingin aku menderita? Apa salahku? Demikian batinnya berkecamuk.

 

Dengan lemas, dia gelar tempe-tempe setengah jadi itu di atas plastik yang telah dia sediakan. Tangannya lemas, tak ada keyakinan akan ada yang mau membeli tempenya itu.

 

Dan dia tiba-tiba merasa lapar…merasa sendirian. Tuhan telah meninggalkan aku, batinnya. Airmatanya kian menitik. Terbayang esok dia tak dapat berjualan… esok dia pun tak akan dapat makan.

 

Dilihatnya kesibukan pasar, orang lalu lalang, dan “teman-teman” sesama penjual tempe di sisi kanan dagangannya yang mulai berkemas. Dianggukinya mereka yang pamit membawa tempe dari penjual lain. Kesedihan mulai memuncak.

 

Diingatnya, tak pernah dia mengalami kejadian seperti ini. Tak pernah tempenya tak jadi. Airmata kian keras. Dia merasa cobaan itu terasa berat…

 

Tiba-tiba sebuah tepukan menyinggahi pundaknya. Dia memalingkan wajah, seorang perempuan cantik, paro baya, tengah tersenyum, memandang. "Maaf Ibu, apa ibu punya tempe setengah jadi? Capek saya sejak pagi mencari-cari di pasar ini, tak ada yang menjualnya. Ibu punya?"

 

Penjual tempe itu bengong. Terkesima. Tiba-tiba wajahnya pucat. Tanpa menjawab pertanyaan si ibu cantik tadi, dia cepat menengadahkan tangan. "Ya Allah, saat ini aku tidak ingin tempe itu jadi. Jangan engkau kabulkan doaku yang tadi. Biarkan sajalah tempe itu seperti tadi, jangan jadikan tempe…"

 

Lalu segera dia mengambil tempenya. Tapi, setengah ragu, dia letakkan lagi. jangan-jangan, sekarang sudah jadi tempe…

 

"Bagaimana Bu? Apa ibu menjual tempe setengah jadi?" tanya perempuan itu lagi.

 

Kepanikan melanda lagi. “Duh Gusti…bagaimana ini? Tolonglah ya Allah, jangan jadikan tempe ya?” ucapnya berkali-kali. Dengan gemetar, dia buka pelan-pelan daun pembungkus tempe itu. Dan apa yang dia lihat??

 

Di balik daun yang hangat itu, dia lihat tempenya masih sama. Belum jadi! “Alhamdulillah!” pekiknya, tanpa sadar. Segera dia angsurkan tempe itu kepada si pembeli.

 

Sembari membungkus, dia pun bertanya kepada si ibu cantik itu. “Kok Ibu aneh ya, mencari tempe kok yang belum jadi?” "Ooh, bukan begitu, Bu. Anak saya yang kuliah di Australia ingin sekali makan tempe, asli buatan sini. Nah, agar bisa sampai sana belum busuk, saya pun mencari tempe setengah matang. Jadi saat saya bawa besok, sampai sana masih layak dimakan. Oh ya, jadi semuanya berapa, Bu?"

 

-------------------

 

Kisah yang biasa bukan? Dalam kehidupan sehari-hari, kita acap berdoa dan “memaksakan” Allah memberikan apa yang menurut kita paling cocok untuk kita. Dan jika doa kita tidak dikabulkan, kita merasa diabaikan, merasa kecewa. Padahal Allah paling tahu apa yang paling cocok untuk kita. Bahwa semua rencananya adalah sangat sempurna.

 

Kisah sederhana yang menarik, karena seringkali kita pun mengalami hal yg serupa. Di saat kita tidak memahami ada hikmah di balik semua skenario yang Allah takdirkan.

 

SUMBER: Tidak diketahui (hasil copas dari page lain)

Friday, June 29, 2012

"Tell Me a Story"

Tell me a story,

Tell me a story that starts with "Once upon" a time.

Tell me a story where people know right from wrong, and there is no suffering.

Tell me a story where the years never fly by, but instead they linger by slowly so we can enjoy them and take nothing for granted.

Tell me a story where there are no "Goodbyes" just "see you later".

 

I want the story where there is no loss and no sad endings, forget grabbing for a tissue,

I want to do no such thing.

I want the story where the hard decisions are made and everyone knows what to do.

 

Lying in the grass soaking up the sun rays through my skin, recharge my soul.

Watching the dandelion seeds dance through the air and the birds soar so very high.

Breathing in the warm summer air deep into my healthy lungs.

 

Take me there.

Give me that "fairy tale" ending.

 

 

Written by: Crystal Rose


Tuesday, June 19, 2012

Hening

Tak harus mengubah nama menjadi hening untuk mencintaiku sayang..

Meskipun aku berada di keheningan.

Tidaklah pula harus menjadi hening agar bertemu denganku..

Karena aku akan hadir kala hening itu tiba,

bercakap dalam bahasa yang hanya sanggup diterjemahkan oleh nurani 

Semoga kita bertemu disana,

Bersatu dalam hening tanpa perlu terasing

Merajut kedamaian dan tak lagi berpaling


Monday, April 30, 2012

atau mungkin

melewati bulan keenam. seharusnya kita bisa merayakan bersama. 

tapi sayang, ada kehendak lain diluar kuasa dari peristiwa kecil.. namun mengena. atau mungkin reaksi yang berlebihan sehingga peristiwa yang semestinya tak terjadi berbalik menyerang ?
jika reaksi yang menjadi sebab, sungguh penyesalan sudah tak lagi berarti. kecuali rasa kesal yang tak perlu.

betapa jarak sanggup menggulung rindu dan membelah cinta jadi dua. atau mungkin itu bukanlah cinta melainkan keinginan memiliki belaka yang tak membutuhkan waktu lama untuk sembuh ketika kehilangan.
tapi mengapa hati masih bertaut dalam degup yang sama justru ketika pikiran mulai mereda dari keliarannya ? atau mungkin hanya degup tak berbalas karena keinginan memiliki jauh lebih besar dari cinta yang semestinya murni.

terlalu banyak "atau mungkin" karena berada di situasi ambigu yang sungguh mencarut marutkan tatanan bahasa. sungguh berlebihan, terlebih bahwa usia ini sudah kelebihan untuk menemukan cinta dan tak merasakan pedih lebih dalam lagi. atau mungkin lebih baik tak lagi memanggul harap dan selebihnya biarkan hidup membawa pada jalan agar tak perlu melebih-lebihkan, seperti yang sekarang terjadi.


Friday, March 16, 2012

Do Wrong

I only guess this is you who's drumming me,

then I slap my head and chest...

it's never been you all the way,

it just me who feel there's no you anymore,

who buzzes me with various things that I missed,

who's drummed someone but not me.

who's been a part of my previous chapter

that can't be swapped.


Tuesday, January 31, 2012

ESKALASI MIMPI

Aku hanya ingin bermimpi.

dan sekali lagi bermimpi.

menumpuk mimpi diantara mimpi.

dan enggan terbangun lagi.

jika engkau hanya mampu hadir,

dalam setiap mimpi.

 

namun jika aku terbangun nanti,

kudapati engkau tertinggal di kedalaman mimpiku,

maka bunuhlah aku.

agar tak lagi bermimpi.

Sunday, January 29, 2012

Unecessary Hope

If.

Maybe.

If only.

Words of hoping seems out of necessary...

It's done. all done.

But why it's so hard to release ?

or this lock has been swallowed ?

 

For once. still a hope across,

between maybe and one day.

A pathetic hope.

 

:hope these all just a dream...

Sunday, January 22, 2012

Dermaga Ketiga

Berlabuh pada dermaga ketiga

Seperti tampak tak berpenghuni

Tak riuh suaranya, kecuali kecipak kecil sang riak,

ingin dimanja...

tenang, nyaman dan sejuk..

  :Bersandar dan sauh pun dilepaskan.


Berbulan kedamaian didapati

Ya, inilah dermaga sejati...

Belanak kecil berenang,

Belibis putih menari-nari..

Berarak awan.. Keindahan menggumpal

 :Layar diturunkan.


Lalu surut laut,

Riak menyusut, menjelma ombak..

Menggunung tiba-tiba !!

menyapu segala..

belanak mati. belibis mati.

  :Layar patah tak sempat terkembang.

dan tenggelam.

Kendali Rasa

Kendali rasa terlepas dari tali kekangnya

tercambuk dan menjadi liar !

ringkik suara memecah pekak dada

Berderap kencang.. makin kencang !

Dan kencang !!

setelah itu sunyi.

:laras pistol masih mengepulkan asap...

Thursday, January 12, 2012

Terasing dan Tersungkur

tak jenak tubuh beringsut..

mencoba mengerti makna terasing dan tersungkur

gemuruh dada membentur,

tak hanya sekali. berkali-kali.

tak hanya sekali. setiap kali.

berkali-kali wajah itu melintas,

meski terenggut cahaya.

setiap kali suara itu membisik,

meski lirih terebut angin.

 

makna-makna beringsut,

bukan tersungkur,

melainkan terbentur,

pada wajah dan suara..

setiap kali, berkali-kali...

 

lalu terasing.

lagi.

Wednesday, January 4, 2012

Short Story From The Songs

At first I guess you're so out of reach...

But then you can fully make me as the best replacement to wipe your tears away.

And you said I'm the only hope to kiss your fear of the past.

I see it through your shimmering eyes..

 

As we walk in the edge of differences, many of doubts are slowly fade away.

Dusty roads ain't scary no more...

Then tomorrow at that date we get close to each other's soul.

Yours. That's what it said from us to each.. love is forever.

 

As the time goes by in a rocking seconds.. things are changing so fast and easily..

In the name of old bad days, I'm perfectly sure i was born to touch your feeling.

Yes, I'm bound to you and so do you..

Like you said, you haven't seen the last of me...

 

At the whispering steppes, walking and talking...

Your eyes and mine, are gazing each other.

No roses you're given to, only a word to let me kiss you

Yes, it's only for you... for you..

 

As the beautiful sun arise in the morning,

My destiny was written clearly, in my head, in my heart...

Please babe, be patience, wait for me in the place we're belong..

our soul, immersed..

 

At sudden, flowers in december just grow...

I don't see your heart in the place as I wish for,

Just when I thought that you're my turning page.

I'm blackout...

You've changed easily to the other eyes...

 

:while in my time, there's nothing I can do to make you feel my love..

 

Tonight I looked up the stars

and I wondered where you are,

 

Tonight I gazed upon the moon,

in hopes that I would see you soon...

 

Will you be there ?

 

:you're not there...

 

SONGS' LIST:

Out of Reach - Gabrielle

Only hope - Mandy Moore

Tomorrow - Europe

Yours - Blues Traveller

Love is forever - Muse

Born to touch your feeling - Scorpions

Bound to you - Christina Aguilera

You havent seen the last of me - Cher

Whispering Steppes - Chi Yu

Let me kiss you - Morrisey

Only for you -  Jay Jay Johanson

For you - John Denver

Beautiful - Christina Aguilera

Babe - Styx

Patience - GNR

Flowers in december - Mazzy Star

Turning page - Sleeping at Last

Black out - Muse

In My Time - Europe

Make You Feel My Love - Adele